minion88.id – Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon, memicu kemarahan publik setelah ia mempertanyakan peristiwa perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa dalam Tragedi Mei 1998. Dalam sebuah wawancara yang beredar luas di media sosial, ia mengklaim bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung terjadinya kekerasan seksual massal tersebut. Banyak pihak mengecam pernyataan ini karena dianggap meremehkan penderitaan korban dan mengabaikan sejarah pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Aktivis dan Korban Tegaskan Fakta Perkosaan Massal
Komnas Perempuan dan sejumlah aktivis HAM langsung mengecam pernyataan tersebut. Mereka menilai Fadli Zon telah menyakiti para penyintas yang selama puluhan tahun memperjuangkan pengakuan dan keadilan. Aktivis perempuan seperti Mariana Amiruddin menyebut negara sudah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan mengakui keberadaan kekerasan seksual yang sistematis pada masa kerusuhan 1998. Korban dan keluarga mereka merasa diserang kembali oleh sikap yang mempertanyakan eksistensi penderitaan mereka.
Tim Gabungan Pencari Fakta Ungkap Fakta Mengejutkan
Pemerintah membentuk TGPF pada 1998 melalui Keputusan Presiden No. 88 untuk menyelidiki tragedi tersebut. Tim tersebut berhasil mencatat puluhan kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan keturunan Tionghoa. Laporan TGPF menyatakan bahwa banyak pelaku melakukan kekerasan secara terorganisir dan dengan pola yang serupa. TGPF juga menegaskan bahwa tindakan itu termasuk ke dalam kategori pelanggaran HAM berat, sehingga membutuhkan penyelesaian hukum dan pemulihan korban.
Publik Tuntut Fadli Zon Minta Maaf
Setelah pernyataannya menyebar luas, berbagai organisasi masyarakat sipil mendesak Fadli Zon untuk segera meminta maaf. Aliansi Masyarakat Sipil menggelar unjuk rasa dan meluncurkan petisi online yang menuntut klarifikasi dan penarikan pernyataan dari Fadli. Banyak aktivis menyatakan bahwa pernyataan tersebut telah membuka kembali luka lama para korban dan menghambat proses penyembuhan psikologis mereka.
Fadli Zon Tolak Tarik Pernyataan
Fadli Zon menanggapi kritik tersebut dengan mempertahankan pendapatnya. Ia mengaku hanya mempertanyakan fakta dan tidak bermaksud menyinggung korban. Namun, masyarakat tetap mengecam tanggapannya karena ia tidak menunjukkan empati terhadap korban dan malah mempertegas keraguannya atas kejadian itu. Banyak pengamat menyayangkan sikap tersebut karena dapat memicu ketegangan sosial dan memperlambat proses keadilan.
Tragedi 1998 Tetap Menjadi Luka Kolektif Bangsa
Pernyataan Fadli Zon kembali mengangkat luka lama yang belum sembuh slot depo. Komunitas Tionghoa dan para penyintas merasakan kembali trauma yang selama ini berusaha mereka sembuhkan. Tragedi Mei 1998 bukan hanya catatan sejarah, tetapi menjadi cermin kegagalan negara dalam melindungi warganya. Masyarakat menuntut agar para pemimpin berhenti mengingkari fakta sejarah dan mulai menunjukkan keberpihakan kepada korban. Tanpa keadilan dan pengakuan, bangsa ini tidak akan pernah benar-benar pulih.